Aku Lahir Kuhidup Kumati

Aku lahir
Tak ada sambaran petir
Tak ada gerhana
Atau pertanda alam lainnya
Hanya tangisku merongrong
Bayi kecil nan imut katanya
Akhir penutup enam saudara lainnya
*
Ku kecil di tanah ini
Terbiasa dengar ranting kemelinting jatuh
Pohon tumbang menggebrak saat badai
Kolam meluap hujan lebat
Parit penuh ikan sepat
Asri cukup memikat

*

Berbagai burung terbang lewat atap dan semak
Hinggap berbagai tempat
Ku lihat
Sayap-sayap merenggang udara
Meluncur bebas
Menuju yang mereka harap
*
Ayah kerja banting tulang
Pagi sampai petang nampak kelam
Cucur peluh tuk hidup makmur sejahtera
Jerih payah meniti bahagia
Tak hidup nelangsa
Rezeki turut sambung
Tutupi dari sisi tak untung
*
Ibu hadir temani hariku
Setia pada terikat
Ikat akan janji suci
Kadang pekik datang berkunjung
Celah dari bahtera rumah
Tak usah emosi apalagi lupa diri
Lusa kan baik
Atau lusa dari lusa esoknya
*
Selama kasih sayang di dada
Hati menyatu erat dimanja
Benturan keras tak mampu memecah
Meski memudar
Asal sapa tawa melonjak seketika
Sekedar baik-baik saja
*
Rumah dan luas kebun tempatku main
Canda gurau dengan alam
Akrab dengan hewan
Tak babi tupai dan kera
Membuat para tetua marah
Merusak panen tiba
Apa daya
Ku tak kuasa cegah adanya
Terpaksa korban letusan senapan 
Tragis mungkin
Tapi sudah biasa
Anggap saja ajal waktunya jemput mereka
Mereka hama nyata
*
Kampung ini sederhana rupa
Seiring gerak zaman maju berada
Kembang jadi istimewa
Berubah bentuk
Tanah yang tadinya sukar padang ilalang
Tinggi tak rata
Satu satu muncul istana utuh
Sulit tuk tahu
Nama anak-anak baru
Melaju singkat tanpa batas
Tak terasa tak simpang pikir
Ku ada di antara banyak mereka
Waktu sungguh sesuatu
*
Semua tampak wajar
Sembunyi dalam senyum damai
Sebening bulir embun di ujung daun
*
Semua orang tua berharap anak kelak
Dapat hebat dan martabat
Tak pelak akupun dianggap
Tapi manusia beda watak
*
Seperti pohon tumbuh cabang yang bebas menghadap
Tanpa harus lurus,belok,melengkung
Asal dapat subur
Berguna suatu kelak, itu inginku

*
Cibir melengkapi lingkup hidupku
Tak perlu berbalas
Tuhan memberi amanah
*
Kehendak jiwa beda arti
Ku tolak tak bisa
Ku mundur kan jatuh
Terus maju tanpa restu
Lara sembunyi tertata muncul
Hadang gerak laju naluri
Tahap setahap hambat pikir hatiku
*
Di dinding ku merana meratap
Belenggu akibat pikir sesat
Akukah salah?
Ungkap tersirat dibenak
Genetik tak pasti
Alam yang mungkin perbuat
*
Mungkin langit yang tentukan
Berkah atau ujian
Orang-orang tak peduli
Itu jadi sulit sekali
Tak mengerti
Emas butuh digali untuk jadi logam mulia
*
Tanah ini jadi saksi
Masa kecil tak riang hingga lajang datang berkawan 
Setitik demi setitik terbias
Rasa memuncak
Tak daya menahan jiwa emosi
Ingin lari
Tapi itu bukan bernyali
Hanya senandung rindu penghibur diri
Mungkin sampai nanti
Sampai akhir nafas ini
*
Ku hidup
Hariku penuh senyum palsu dan gerutu
Bosan memutar dinding angan
Terbiasa dalam hal ini
Cukup tahan dengan dentuman bibir
Biarkan saja semua lenyap
Kembali bagai awal dulu
Ku kan coba baik saja
*

Bagai hidup menutup diri

Berdiri untuk indah diterka

Senyum pahit menutup luka

Desah hari selalu gelisah

Tak tahan derap langkahi nyata

Terdiam bingung manalagi lekas yang ada

Hati terdampar membakar kecewa

*

Ku lalui hari dengan mimpi

Kupikir itu yang kupunya
Coba gapai yang ada di benak
Agar ku bisa melangkah
Tertatih sambil terus menanti
Dalam diri ku tertawa
Mungkin itu tak pernah terjadi
*
Musim terus datang berganti
Batang sekitar yang lalu gugur
Tunas kini bermuncul
Ku cuma terpaku
Lihat nuansa alam yang riuh
Tak seperti alam itu hati tetap membisu
*
Duniaku terlalu tipu
Bohong dalam lidah
Hati jujur hanya merana
Tersumput dalam sekapan dada
Tak berani ucap cinta
*

Kesal amarah memendam kata

Lenyap timbul bertikai air mata

Lautan sabar menguap dusta

Bisik tabah rasuki relung jiwa

Kala tak kuat hati menengadah

Diam menyepi lintasi mentari wulan senja

Duduk bersandar sekedar nyaman saja

Termangu bayang suram nanti terjadi dalam nestapa

*

Seribu angan melalang datang mengguyur akal
Mendinginkan hati
Membersihkan kesal
Mimpi tak segera mendekat
Ilusi gigit jari
Relakan angan tinggi melambung lepas
Biar tak berbekas
Suci dari ingat tabiat
Kembali polos lebih baik
*
Enyahkan saja asa nanti
Derita ini yang menemani
Setia sampai akhir rintih
Air mata turun gelap hari
Semua tak tampak
Hanya diri berdiri bertabur sunyi
*
Teman kembali hilang
Sepi kembali datang
Meniti hari tanpa pesan
Seperti angin sejuk membius sekejap
Selintas lewat
Sekelebat
Tak bermanfaat
*
Sendiriku muak menyela
Ingin sepasang hati
Hadir duduk menemani
Menyapa segenap jiwa
Sekedar lambaian bibir
Erat jari melepas rindu
Memberi setetes harap
Agar jiwaku tak lusuh layu
*
Cintaku melihat kejauhan
Dia tersenyum aku ranum
Dia bahagia aku merekah
Tak ada ucap janji
Tetap suci
Terkenang dalam hati sanubari
*
Cintaku hanya tulus
Dari kepingan-kepingan hasrat
Bersatu dalam bayang bebas
Tak tertuju
Keliru

Memudar jadi serabut rayu
*
Cuma sajadah menatap diri
Ku ucapkan mantera
Pada shubuh petang senja
Pada yang maha kuasa
Agar jiwaku turut dalam berkahNya
Dalam alunan bait doa
Nyanyian pekat akan ridhaNya
Tak tahu sampai atau tidak
Entahlah, tuhan saja yang mengerti
*
Itu kuatku
Beri hati ini damai lagi
Jiwa murni kembali
Biar ada tunas baru
Perbuat terbaik bagi tubuh ini
Agar kudapat kubahagia
Sekejap lupakan yang ada
Kelak ku mungkin tersenyum bahagia akhirat sana
*
Ku mati
Tujuan hidup sampai batas akhir
Memilih langkahi titik batas itu
Capai ujung mimpi
Atau tetap diam membisu
Biar waktu saja yang tahu
*
Ku pilih batas ini
Manusia memang terbatas
Pada saat tak tentu
Kau juga kan wafat
Tinggalkan bahagia, beban, nestapa
Segala jalan hidup kan percuma
Terbuang jika tak dikenang
*
Jangan merayu dengan dustamu
Jangan pula baik dengan nasehat
Ku tahu pasti semua itu
Segala wujud jadi biasa
Jadi jangan resah
*
Biar waktu jawab mana benar
Mungkin anak cucu yang paham
Apa yang digunjing

*
Dunia seakan aneh
Beragam corak jadi satu
Tak ada lagi batas hitam putih 
Hanya tampak kelam di dalam abu-abu
*
Semua angkuh pada beda diri
Semua memuji akal sendiri
Sampai tak disadari
Ada hati nurani
Sanubari yang satu ini tak bisa pungkir
*
Gerak orang-orang mengejar mimpi
Meraih apa yang dicari
Dapatkan apa yang diingini
Ku duduk menyendiri
Merenung seorang diri
Adakah guna lagi ku ada di sini?
*
Semua sudah terjadi
Tak bisa berbalik suci
Hanya emosi silih berganti
Tak mau terperangkap rasa itu
Ku ingin kembali
Jadi hati yang bersih
Tak sanggup air mata merintih
*
Burung gagak bertebar girang
Tebar pesona mencekam garang
Tuhan yang tahu pasti
Kapan manusia kan dihantar
Tiba di tanah keabadian
*
Kau kamu dan aku
Sudah pasti tahu
Hal itu kan datang menunggu
Jangan berpaling melulu
Jadikan dulu diri sesuatu
Jadikan mimpi tumpuanmu
Jadikan doa penutup kalbu
Sebelum semua terlanjur luluh
*
Terima kasih ayah ibu
Mendidik merawat sepanjang waktu
Ku benar tak berguna
Susahkan dirimu selalu
Beban hidup sepanjang waktu
Tak bisa berbhakti pikirmu
*
Ku tahu betul maumu
Tapi ku tak bisa
Jiwa ini sudah beku
Membatu dengan teguh
*
Bila waktuku sudah dekat
Cukup temanku
Sudahi nasehatmu
Biarkan ku berlalu pergi
Menanti mantra menyertaiku
Menghampiri jiwa yang lusuh
Raga yang semu
*
Lihatlah waktu bergulir cepat
Matahari terbit terbenam sekejap
Malam pekat bersinar bulan
Bintang tampak gemerlap berlian
Semua kan indah menyapamu
Menghibur gundah hatimu
Lambat laun kau juga lupakan ku
*
Pernah ku kata
Ku ingin seperti bulan
Ya, benar
Jika ku telah tiada
Tengoklah bulan atas sana
Ku berada di sampingnya
Melihatmu selalu
Walau kau tak tahu
*
Rindu ini kan ku tunggu
Sampai kita bertemu
Bertamu di taman nirwana
Duduk menatap tiap senyummu
*

Kelak nanti terjadi
Tak usah tangisi kepergianku
Tiadakan air matamu
Tak usah rayu ajalku
Jangan mengiba kasihku
Kau bukan siapaku
Aku bukan dirimu
*

Kutinggalkan kenangan dan sahabat
Air mata tak lagi indah
Wajah sendu terkikis sirna
Hati sembilu memeluk rindu
Jiwa tak ingin merajuk
Dalam harap aku berpasrah
Apapun itu terbaik untukku
*
Jangan simpulkan siapa aku
Baca saja tiap sajakku
Kau kan tahu bagaimana aku
*
Itulah puisiku
Kisah hidupku
Pesan terakhirku
Ku berikan nyawa tiap untaian kata
Agar kau tahu rasa yang dalam
Jiwa dan diriku
Itulah hartaku
Ku titipkan pada dunia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Talenta

Nafsu Birahi

Kaktus Berduri