Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2018

Suratan Takdir

Gambar
Bila sebongkah emas tak bisa kuraih setidaknya ada sebutir mutiara yang bisa kugenggam Bila semua impian yang kuingin telah sirna setidaknya masih ada kekuatan doa  dalam diri untuk mendatangkan keajaiban * Aku tahu..... Dibalik fajar terkadang mendung telah menanti Berharap berkah malah malang datang bertubi Lelah mencari dan menemukan kejayaan diri dan ambisi untuk membuka misteri jalan hidup ini Serasa alam tak mengingini dan makin menjauh dari orientasi diri * Jika badai mampu membuat layangan terbang tinggi, bukankah itu berkah tersembunyi Walau dia akan terputus dan tersesat, setidaknya ia telah memberi keindahan dan kebahagiaan Dan telah menjalankan apa yang seharusnya ia lakukan * Sebuah impian dan takdir mungkin tak selalu berujung menjadi temu Tetap naluri yang menggerakkan dan menuntun untuk satu pencapaian Tapi hiduppun sebatas jalan suratan Tak tahu kapan tiba-tiba ajal membawa pulang

Akankah Sepak Bola Jadi Ajang Perang Saudara?

Gambar
Marah! Ya.... aku marah! Hati siapa yang tak menangis, seorang pemuda mati bersimbah darah dikeroyok massa Aturan gila apa, suporter lawan tak boleh datang mendukung tim kesayangannya Jika fanatisme membuat orang menjadi brutal bukankah itu kebodohan Apalagi nyawa jadi taruhan, itu adalah kebiadaban * Pertandingan sepak bola adalah adu kemampuan, ketangkasan dan strategi Permainan yang memberi hiburan kepada penonton dan masyarakat Memberi semangat dan inspirasi Sepak bola bukanlah ajang perang fisik seperti gladiator zaman Romawi kuno, yang menang dapat imbalan yang kalah akan dibinasakan * Apa arti fair play? Baik pemain maupun suporter harus mendukung nilai-nilai sportivitas Prinsip-prinsip olahragawan untuk penghormatan, pengakuan dan toleransi untuk menciptakan persaingan sehat di dalam maupun di luar pertandingan Semboyan Veni Vidi Vici layak ditanamkan dalam jiwa suporter untuk memberi dukungan kepada tim jagoan bukan untuk unjuk kerusuhan * Apapun itu, kompetisi

Awan

Gambar
Tak ada yang lebih nyaman, saat langit biru tertutup awan Terik yang tak menyengat kulit Tak juga basah peluh di baju Tak gusar diri ingin berlalu Melangkah kaki melepas masa lalu * Tiada berkah yang terbuang, saat awal tebal memayung teduh Angin sepoi datang memadu Menyejukkan hati berpilu rindu Menghapus jeda kabut dinding pemisah * Apalagi yang lebih indah, awan mendung menutup langit cerah Rintikan yang menyatu dengan suara kalbu Hujan yang mengguyur sekujur anganku Memecah kemarau dan mendinginkan pikiran Saat diri tertunduk layu dirudung sedih berkepanjangan

Berkaca Di Balik Cermin

Gambar
Melalang hidup senja ditempa Meniti gairah mengumpulkan asa Sekian sabar menjadi pagar Selayaknya hendak agar hidup tetap berpijar * Bagaimana bisa melihat diri sejati Kututup wajah dengan khayalan Malu melihat aslinya raga Semilir doa sebagai pengecap akan dosa * Akankah malang jadi gelimpang Secerca harap bertumbuh makna Tumpukan nasehat sudah kusantap Tulusnya doa sudah kucoba Mungkin waktu tak pernah memihak * Melepas tangis hati dengan bisik ketuhanan Mengusap naluri membujuk tetap berpegang Mana senyum yang dulu bersinar Kupendam semua luka dengan catatan Seribu puisi menjadi ukiran hati Senyawa bersama mimpi dan angan tinggi

Hening

Gambar
Adakah hidup yang selalu kuat dengan tekanan jiwa Bahkan kematian akan lebih indah dari canda bahagia Masa yang berbicara tentang keagungan kisah Terhempas lisan dalam siksaan mereka Bagiku waktu tak ubahnya seperti api yang terus menyala * Mungkin keji Tapi terbiasa dalam anggapan miring Melihat diri beda dari wajarnya Hidup berujung pada naluri dan budi Akal terkadang membisu melihat cedera di jiwa * Aku muak dengan kata-kata brutal Menenggelamkan jiwa untuk menyalahi diri sendiri Memaki, menghancurkan kasih di hati Bisik lirih mematahkan tulusnya cinta dinanti Bersandiwara, terlalu polos untuk mencoba * Apa aku harus diam selamanya Melihat jiwa-jiwa terombang di luar sana.... Dan akupun sendiri di sini Disunyi malam ini Menuntun diri beranjak pergi atau luluh menikmati sepi

Galat

Gambar
Merintis cita yang lama jadi damba Terkini jadi sedih terukir di lembah nista Seutas kisah yang ingin ditutup akhirnya Nestapa sembari menyekat jiwa gulana * Keliru dalam menafsir suasana Dikira semua kan jalan dengan seharusnya Itikad, harap, penantian yang letih sudah digenggam Prasangka untuk memuji baik segala musibah melanda Nasib berlain dari jutaan manusia terdampar Di akhir ini aku termenung dalam hampanya kenyataan * Kemana kutangguhkan hati yang terluka Di awal pagi tersenyum meneguk palsunya jiwa Di ujung senja, ingin kutahan matahari agar malamku tak bertabur duka Adakah cahaya yang jadi penutup Saat lentera hidupku hanya ada pada keyakinan