Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2017

☆ Demi Mimpi Dan Cinta Kutanggalkan Warisan ☆

Gambar
Niatku bulat mendulang secerca bahagia Leluasa menjejaki tandusnya isi hati Setimbun doa menjadi itikad dalam hidup dan nasib Rintangan perjalanan takdir ini sebagai insan terdampar di bumi * Merias wajah dengan tipuan bertubi Ketakutan dan kebosanan letihkan jiwa Tetes-tetes air duka mengalir tanpa jeda Kepatuhan tradisi menyekat buih naluri Ketidakberpijakan lidah dan hati Mengarungi hidup penuh teki tanpa intimidasi * Sekarang di ujung kalut menggantung keinginan Memilih teguh di hati meninggalkan segala paut yang membebani Menguras problema tak pernah usai Cibiran dan teriakan menggusarkan dada Melanjuti hari tanpa nyawa Berpasrah pada kata orangtua itu derita Pribadi yang beda tak tahu untung Tak mau sengsara tenggelam Selamanya * Pilihan bukan lagi ya atau tidak tapi harus Ini hidupku yang sesuai mauku Menyesal, lebih memilih yang terpaku di hati Daripada menggenggam sesuatu yang tak kumengerti Sekali dalam hidup harus bertindak dan berani mengibarkan ak

Dasar Asmara!

Gambar
Masih kucium bekas luka Hasil gigitan lintah memerah Tapi itu tak seberapa Sayatan luka yang kuterima Membuat hati ragu untuk kembali bercinta

Keluargakah

Gambar
Jika keluarga sudah tak ada lagi rasa percaya dan pengertian Yang timbul hanyalah kecurigaan Jika keluarga dibangun di atas dusta dan paksaan Maka kehancuran yang kan mencabut kebahagiaan * Jika menikah atas dasar perjodohan dan sekedar kebutuhan Hanya ada gambaran dua insan yang hidup berdamping tanpa rasa saling peduli Jika anak hanya dianggap titipan Maka ia adalah beban dan harus berbakti dan mengabdi Dimanakah kebahagiaan anak kala kejujuran ditutup kepatuhan * Jika jalinan sayang dalam hubungan saudara hanya sesumbar kata Maka yang ada hanya ikatan darah tanpa jiwa Ya, sudahlah!!

Lukis Saja Bahagiamu ☆

Gambar
Apa arti hidup, sebelum kau tanya pada orang penderita penyakit kanker stadium akhir Apa itu nikmat syukur, sebelum kau melihat banyak fakir dan pengemis bertelekkan di jalanan Apa arti sukses, sebelum kau rasakan banyaknya hal yang dikorbankan dan tetes air mata untuk menggapai keinginanmu * Lapang dadalah saat usaha dan mimpi indahmu tak pernah kau raih Tapi peliharalah harapan itu dan yakinlah ada kekuatan maha agung yang selalu mendengar nafas doamu * Tersenyumlah di kala senang atau susah Walau hati gundah tiada terkata Nikmatilah hidupmu saat ini karena bahagia itu bukan nanti Tapi ada di hati dan pikiranmu Berdamai dengan waktu Memelihara prasangka baik Bahagia bukan menunggu sesuatu yang besar terjadi padamu

Khalikul Bahri

Gambar
Siapakah yang dapat menundukkan lautan? Kapal-kapal yang berlayar bebas di permukaan Melaju dengan rumus Archimedes Angin yang bertiup tenang Gelombang yang melaju teduh * Siapakah yang dapat menyelamatkan manusia dari bencana laut? Ketika badai menerpa Gelap gulita menjadi kecemasan yang bertambah Hingga kapal tak berdaya memecah keangkuhan Arus gelombang yang dahsyat Angin topan membisikkan keangkeran dan menyeru kebingungan Karam tergulung ombak laut * Siapakah yang memberi karunia begitu besar? Yang menyebar kekayaan berbagai ikan, biota, terumbu karang, minyak bumi Hingga dapat memakan daging yang segar dan menikmati keindahan surga bawah laut Timbunan energi yang tak terkirakan, garam dan mutiara  Maka tuhan mana yang kamu dustakan!

Selat Sunda, Aku Menangis

Gambar
Deburan ombak kecil menggelepar putih dari kejauhan Saat roda bus cekatan menuruni bukit dan tikungan tajam menyusuri jalanan menuju pelabuhan bakauhuni Di ujung pulau sumatra ini memandang kagum jejeran bukit barisan * Di geladak fery nampak selat yang indah Samudera biru menenangkan mata dan jiwa Hamparan air yang tak tahu kedalamannya Ombak-ombak yang terkadang membuat badan kapal bergoyang * Di sana puncak anak krakatau menampakkan keangkerannya Tertutup kabut, teringat cerita maha dahsyat ledakannya Beberapa nampak nelayan kecil mengadu keberanian dengan gelombang dan terik surya menyengat tak mengendurkan semangat juang * Hampir tiga kali aku menyeberangi selat ini Tapi tidak untuk sekian kalinya Tak mau turuti kata orangtuaku Hatiku tak seluas samudera dan sekuat angin topan Berat rasanya dengan segunung beban di lubuk hati * Mungkin ku akan terjun dan tenggelam di dasar samudera Jasadku abadi menunggu waktu Lebih baik mati di timbunan air ini membawa dan meme

Sabda Bumi

Gambar
Ketika langit telah tertutup gelapnya Malam kelam berselimut redup rembulan Cahaya bintang indah kerlip memancar Semilir tiupan angin sejuk mendinginkan Tetap rotasi bumi tak ingkar dari pijakannya * Teriakan manusia atas doa-doa menyumpal keheningan Bersembah sujud lusuh pada sang alam Mengiba dan mengharap keajaiban akan hidup Takdir dari sekian hamba yang bertuhan Berjibaku tertunduk melerai detik perjalanan * Bergerak menyusuri bumi dari ketidakpastian Masa lalu dan sudah lewat dari ribuan Terkutuk mempersembahkan jiwa pada dosa Bagian hitam dari kepingan pahala murninya keseimbangan hidup Adakah golongan berdiri suci yang melepaskan beban pada hatinya * Jutaan hamba beruntun mensejajarkan antara dahi dan kaki Mentuluskan pikiran dan jiwa teguh pada keimanan diri Insan berdalih dan bernaluri menjejaki kemauannya * Evolusi bumi senantiasa patuh dan bergerak menunggu generasi selanjutnya Bayi-bayi yang lahir menatap gemerlap dunia atau meratapi kesengsaraan man