Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Remang-remang

Gambar
Remang-remang di senandung malam Termangu bimbang Menilai orang dari sudut pandang Duniaku yang tak mapan * Remang kembali mengawang di altar Di penantian yang kunjung datang Tersungkur di dahi pengharapan Menjejaki hari dengan lajang

Celoteh

Gambar
Hidup kini kelam karena dosa Layakkah arang kembali menjadi kayu * Seiring ranting harap yang tumbuh menjumput hari Selaksa dari gunjingan dan dengki Hati yang telah terkurung dalam birahi Acuh pada teguran ilahi dan manfaat diri Serakah pada kepuasan duniawi * Bagaimana hendak menghias diri bila arang telah mencoreng muka Wajah penuh guratan luka dan jera Ingin ku berlari telanjang pada kejujuran naluri * Dimana hati kecilku, celoteh Daku marah pada diri sendiri

Berhenti Berharap

Gambar
Pernah dulu kumeminta mati, tapi tuhan memberiku cinta kasih Dia datangkan seseorang untuk aku mengenalnya Seseorang yang kupikir pantas untuk jadi pelabuhan dan harapan Ia yang mampu mengubah hari biru menjadi ceria, menuntut senyum dan tawa saat diri berduka Sejenak itu kuterpesona Kurindu, selalu menyebut namanya * Kalbu yang gundah Aku terpungguk selalu mengharap dia ada disini Menjejakan diri untuk menggapai angan tertinggi Membangun lagi mimpi yang dulu sirna oleh tradisi * Tapi hari menjawab dengki, ia singgah sejenak lalu lalang membangun kisahnya sendiri Hatiku terperih dan tak ada lagi yang kunanti * Bukankah itu pukulan yang berulang terjadi? Kemana aku mencari Mengejar mimpi dan kasihku Aku berhenti Menyepi dari kebisingan dunia ini Karena memang itu yang saat ini terjadi

Hal Yang Biasa

Gambar
Sesungguhnya semua pekerjaan itu menjadi biasa Menjadi petani itu biasa Menjadi saudagar itu biasa Menjadi polisi itu biasa Menjadi dokter itu biasa Menjadi menteri itu biasa * Yang menjadikan orang itu istimewa dengan pekerjaannya adalah saat dirinya mampu memaknai dan menikmati hidup yang dijalani serta menyadari segala rahmat yang tuhan berikan dengan kerendahan hati

Kering Bergulir

Gambar
Angin sejuk tak pernah tiba, udara panas bergulir membakar senja Debu menghamburkan kekeringan Kaca jendela seketika bening menjadi pekat kelabu * Daun pucuk muda muncul terus gugur Ulat mulai kepanasan Akar dan rumput kehausan Tanah padang nampak retak Namun matahari tak pernah peduli * Bagaimana embun akan turun segera bila di awal hari terik fajar sudah menyeringai Menyusuri jalan kebun semua lalang berjejer layu Pohon menunggu hujan tapi langit masih acuh Dan burung terus berkicau dengan doa agar sangkar tertutup rimbun daun Kapan awan mendung kan menutup langit meneteskan kesejukan

Sajak Terakhir Tentangnya

Gambar
Cukup sudah aku mengenangmu Ini, sudah empat syawal kita berpisah Bahkan rasa ini mati dalam tekanan waktu Cinta yang tak bermadu Terlalu dalam namun rapuh Sudah, kuingin melupakan itu * Dulu aku bodoh dengan perpisahan itu Terlalu sedih hingga kusanggup membuat larik-larik pilu semalam suntuk Tersungkur dalam tiga shubuh lalu bangkit menyembuhkan luka dengan segala cara Oh tuhan, luluh hatiku * Kini aku sanggup berjalan tanpa bayangmu dan suara-suara merdu yang pernah terdengar oleh telingaku sekian sirna ditelan waktu * Rindu? Untuk apa lagi! Sudah cukup kubuktikan kasih sayang ini Kesedihan dan kekecewaan hanya memperkokoh diri lemah Aku berjanji pada diri untuk tak mengenalmu lagi, bukan benci tapi aku harus berlalu dan mengejar mimpi Sejalan kisah bahagia yang masih bisa kuraih dengan kekuatan cinta dan tekad * Pasti nanti ada yang bisa menjaga hatiku, mendapatkan ketulusan dari jiwaku Kemesraan hangat di fajar indah dalam kedamaian hakiki Namamu akan jadi p

Nurani, Keindahan Alam Batin ☆

Gambar
Raga hanya sebongkah daging tak bermakna Jasad tanpa nyawa apa artinya Ini tentang kisahku, jiwa petualang yang terudung malang Sisiran waktu dan arogan diri membuat masa depan menjadi mati Ketika iman dipertaruhkan ketika nasib terpupus kasih sayang Jiwa itu berakhir mengembara dengan bebas * Bisik naluri menyeru tanyakan pada hati Sadar akan Sisa umur masih ada, pergantian hari masehi masih berjalan Mengapa aku harus berhenti Mengapa harus risih dengan gunjingan Kan mulanya juga berawal dari cinta * Rasa dan getaran jiwa seperti ombak laut dan pantai yang tak mungkin terpisah Walau riaknya memecah dan berlabuh didekade asmara Semua terjadi tanpa sandiwara * Ketika semua jalan gelap dan mata remang memandang Saat logika ragu akan sebuah keputusan Dan semua orang yang ada memandang rendah Nurani tetap berdiri menjadi penerang, menjadi asal dari sebuah ketulusan Menjadi penilai hakiki akan kejujuran diri Jadi lumbung kekuatan karena nurani paling dekat dengan tuha

Lentera Bintang

Gambar
Aku suka cahaya malam berhias lentera bintang Menyejukkan mata memandang, melambungkan angan terdalam Dipenantian rindu merebahkan diri di pangkuan bangku taman * Sang bulan yang terus berjalan menyisir malam, melihat langit dipenuhi doa-doa pengharapan Menanti mentari fajar untuk menjemput impian Semua tentang penghayatan diri tentang kekuatan iman Semua kan berpijak pada waktunya kan tiba * Selama bintang disana masih terjaga Walau kerlip jauh untuk digenggam Walau jarak adalah kesusahan Harapan sekecil apapun kan berguna untuk menggapai mimpi yang ada

Oasis Kelanaku ☆

Gambar
Aku mencari kesejukan dari gerah suasana hati yang suram dari bisik ilahi Ada segumpal awan yang menutup naluri untuk mencari sebentuk kasih Aku terpinggir oleh akalku sendiri Seperti mengharap keajaiban muncul pelangi tujuh warna di timur langit malam ini * Dimana gerbang keluar? Menatap khayal berputar-putar yang membosankan Sejurus hasrat dengki pada dia yang telah menikamku Penasaran dimana aku harus berada, takdir yang masih tersembunyi Kuturuti dan apa nanti di depanku sedang kini menyulam sepi * Irama menyayat nada memperdengarkan kisah tak terarah Hilang kendali tapi hati ingin kembali mengharap padaNya Doa tengah malam menyanjung pujian akan semburan jawab dari semua pengelanaan hidup Tentang kasih dan semua yang ada disini * Aku berdiri pada kaki-kaki yang telah letih Jiwa yang membara berkarat juga akhirnya Suara yang mulanya suka lambat laun hilang terusap airmata * Dan terus kubiarkan sunyi Cuma itu yang setia

Kicau Petir ☆

Gambar
Menerka peristiwa di ruang silam Ketika musim berganti bulan, ketika diri terlena pujian Dia memberi cinta tapi menabur garam di atas luka Duh..... aku terburu * Ternyata diriku masih lugu Singgah aku terbujuk dalam dekap palsu Mata ini terkelabui lamanya sepi mengukung diri Saat kusadar dia bukan milikku * Malam itu kicau petir tak berguna sedikitpun Terlalu hampa hingga matipun tak takut Kalut tak sebanding hujan deras menderu yang mengalir membanjiri lajur-lajur genteng atap rumah Tangis hati inginku menutup nyawa Berharap itu hanya mimpi yang menyapa dalam kefanaan * Malam nampak abu-abu dalam penglihatan mata Seolah tak ada pagi menyambut di ujung hari Rasanya tak ada hari lagi yang sanggup kulalui Asa frustasi Terkadang sendiri itu lebih baik daripada bersama tapi berakhir setumpuk luka

Menjadi Mulia ☆

Gambar
Masih menggantung di benakku, "Mulia" Bagaimana menjadi orang yang mulia Apa harus menjadi ustadz, kyai, berpangkat, punya jabatan agar terpandang di mata orang-orang Apa bisa "Orang Biasa" menjadi mulia Apa yang dilihat? Kecantikan rupa, harta atau akhlak * Bila berkutat pada akhlak, orang fakir yang jujur, sederhana dan rendah hati nyatanya tak pernah disebut mulia Apa "Mulia" hanya tuhan yang bisa menilai Yaitu berapa besar manfaat orang itu pada sesama, dengan kesanggupan yang ia punya untuk menjadikan segalanya lebih baik dan taqwa dengan qadar keimanan yang setara * Liontin mutiara menjadi barang mulia walau ia berasal dari sebutir pasir yang terbelenggu Ekor burung merak akan tetap indah dan bernilai walau jasadnya telah binasa Dan seekor kupu-kupu tetap dipuja walau dulu ulatnya merusak daun muda * Hingga aku berpikir tidak ada batasan orang untuk jadi mulia Setiap manusia mempunyai sisi baik Tidak perlu berbakat untuk jadi ternama

Yang Tertunda ☆

Gambar
Tak ingin hidup dalam kepalsuan Ingin jujur Tapi selalu tertahan * Kita bukanlah siapa-siapa kan! Hanya manusia yang nista Setiap orang membawa dosa di punggungnya Lalu untuk apa bersandiwara? Dan siapa yang kau dustai selain dirimu sendiri * Kita terlahir sama tanpa nama dan gelar Mengapa harus sembunyi? Siapa yang tahu derajat manusia selain tuhanmu sendiri Apa kau merasa lebih baik dariku? Kesombongan! * Itu yang kumau Terucap sama antara mulut dan hati Tanpa syarat tanpa uji nyali karena tekanan hidup terkadang memaksa diri untuk terus sembunyi Takut pada pandangan orang dan tatapan benci * Tuhanpun mengetahui isi hati dan setiap keburukan yang tersembunyi Lalu mengapa lebih takut pada manusia daripada tuhan itu sendiri Siapa yang selama ini jadi penolong, penyelamat dan pemberi nikmat?

Pasir Berbisik ☆

Gambar
Pasir Masih terhampar di seberang birunya lautan angkara Angin yang berbisik tak mampu menggulingkan butir untuk berputar Setapak kehidupan curam tak berujung membawa padam asa akan cita Di ufuk sana siluet senyum mentari telah sirna selaksa semesta melepas tahta * Dikemurungan antara siang dan malam aku sadar akan bimbang Mengapa senja selalu sama Diri inikah yang salah, terjaga selalu akan dosa Sakit yang kurasa bukan kepalang Tak terlihat kasat mata tapi batin selalu tersiksa * Bagaimana bila sebulir air itu membatu menjadi sebutir pasir di daun talas Apakah ia juga akan goyah mengikuti arus? Tapi hati ini terlalu lembut untuk jadi batu Aku pilih berdiri pada naluri sebab bila kupergi ke ujung dunia, ketidakpengertian dan kejamnya mulut manusia pasti kubawa Namun aku lebih tahu kini Keterusterangan akan sejatinya diri harus dipertahankan walau harus menitikkan darah

Terkelabui

Gambar
Sembari senyum ia sangat mempesona Wajahnya terlalu lugu untuk berbuat semena-mena * Sang puan berkelana mencari harta Segenap daya yang ia miliki menjadi setumpuk niat merubah nasib walau terbatas ilmu Ia berdiri di atas kepercayaannya, sangat tertata meski sederhana Jiwanya penuh kasih Nalurinya pun menjadi nakhoda menggiring pada satu gemerlap kota * Perlahan ia bicara Tentang kini, lalu dan silam Seraya ia menghela nafas dan angin bertiup meronai sekujur tubuhnya Suara selembut pasir pantai yang menjejak kelam waktu silam Sang puan sepertinya pernah terombang dalam ketidakberdayaan Ia sendiri merasakan sakit tapi tetap ia lakukan Entah apa yang ia pikirkan * Ciuman-ciuman kasihnya mungkin mengenang Tapi lenyap dan lepas hanya ditiup angin hasrat Mungkin kini hatinya berlari kesana-kemari mencari tambatan untuk disayang kembali Akupun tak duga Sepertinya aku tertipu wajah puan yang lugu itu

Patah, Fatamorgana ☆

Gambar
Tersudut beku di sela-sela penantian Kiranya pelangi itu tak kunjung datang padahal mendung telah sekian berlalu Sampai kapan? Sepertinya hidup indah hanyalah khayal Tersemak batin menampari wajah dengan pesona tipuan * Terkadang itu seakan terlihat Tapi akhirnya pupus dan tiada bekas Rajut mengulangi lagi dengan harapan dan suapan tegar Haha...... menipu diri Padahal jiwapun terkadang menangis Tiada teman, sendiri Pegangan hanya doa kepada Ilahi * Tertekun tapi masih terlihat jauh Asmara, impian, luka dan problema jadi untaian yang merangkai tabiat diri Tenggelam bersama bautan sukma Terlalu sering patah membuat luka lama membara Tergolek letih lepas dari nafas raga * Jika ku hadir Masih ingatkah engkau segala tentang diriku Kau yang dulu menghinaku, mengejek, mempermalukan bahkan menghindari bayanganku Mungkin kau berhasil Lihat kini, aku berusaha lalu terjerembab dan lagi.......

Kidung Pagi ☆

Gambar
Menyemangati hari dengan dendang pagi Dalam lukisan dingin embun-embun yang menari di ujung daun jambu merah Indah Tapi tak pada diri Begitu jelas ada rasa yang telah pergi Berlalu tapi masih terpatri di hati * Sadarkah diri pada berjuta mimpi yang telah lepas jauh Sendiri Menyulam luka membalut duka lara Ah..... terbiasa * Nantipun awan putih akan tersenyum indah Dan senja akan menghias cakrawala dengan aurora sukma Menyapa lembut angin malam yang larut dalam lamunan Semoga nanti ada pengganti Lambat laun tunas gugur pasti berganti bunga Kuyakin

Mengapa Aku Menjauh ☆

Gambar
Saat ini harusnya aku ada di sisinya Karena ia ditinggal pergi kekasihnya Ia sedih terlalu Harusnya ku datang menghiburnya Harusnya ku menjenguk menenangkannya Tapi mengapa aku menjauh * Aku menjauh! Karena aku kekasih yang tak pernah kau anggap

Siapa Yang Mengirimku Ke Dunia ☆

Gambar
Aku bertanya Apa sebab ayah dan ibu aku terlahir ke dunia? Atau kehendak sang maha pencipta aku ada Masih disini aku termangu Di sisi daun lembayung biru Ingin ku memekik kesunyian, membuang angan sesat * Siapa yang menulis namaku di Lauh Mahfudz Apakah dia malaikat yang sembunyi-sembunyi dan diam-diam menulis buruk nasibku Tapi bukan itu yang kumaksud * Mengapa seorang anak selalu disalahkan dengan keadaannya Aku lahir dari rahim manusia, itu bukan mauku Aku dianugerahkan kepada kedua orangtua tanpa harus tahu siapa dan dimana Itu juga bukan mauku Aku menurut atas kehendakNya Dan tak ada satu haripun tanpa pengawasan dan takdirNya * Bahkan takdir ini sudah tertulis saat aku belum lahir Lalu mengapa aku dipersalah atas semua kejadian yang ada Apakah harus mengikuti cara hidup orang lain padahal setiap insan punya jalan hidupnya sendiri Tanpa sama * Dan Dia mengirim tiap hambanya ke dunia dengan tujuan Setiap anak yang lahir adalah takdir Anak berhak memilih jal

Jangan Buka Luka Lama ☆

Gambar
Itu luka penuh luka Jangan buka Aku tak sanggup menerima Cinta ....... dan segala rengekannya * Sudahlah Aku ingin lepas dan melangkah Mengunci masa lalu Kisah itu sangatlah pahit rasanya

Doa Malam

Gambar
Pada langit yang telah gelap dan bersemayam sunyi Aku luluh dalam kalut yang mendera Pada bentang cakrawala dan lengkung bianglala Teteskanlah embun di sajadah ini Biar kuambil bulir itu untuk membasuh wajah sebagai penyejuk dan ridhaMu atas segala hasrat ini * Di penghujung tahajud hamba ingin berteduh di maghfirahMu Karuniakanlah cinta dan kasih untuk diri yang selalu terlumpur dari dosa Membasuh dosa tak semudah membuang daki lalu bersuci Daku ingin tersinar cahaya keagunganMu agar kudapat selalu berada dalam jalan kebaikan * Mencium sajadah seperti tunduk mencium kakiMu Merendah dalam ketidaktahuan dan kebodohan Hamba bukan manusia yang pandai dalam tahlil dan tahmid untuk menggelorakan kemuliaanMu dengan nyanyian pujian Hamba hanya mengetahui tahtaMu melebihi bumi dan langit Engkau yang berkuasa dan mengatur segala urusan dunia Aku cuma bisa luruh dalam segala permohonanku * Setiap desah nafasku selalu berada dalam genggaman mautMu, syukur atas segala detak jantu

Berkata Pada Alam ☆

Gambar
Langit pagi masih buram dengan bayangan Awan mendung menyisir matahari untuk jeda menyinar rerumputan Daun-daun masih meringkuk dalam kedinginan Alampun mulai tahu Tak ada senyum diri yang semringah pada diri yang sulit terbuka Meluapkan apa yang menjadi nestapa Pertanda alam terkadang dusta Seperti sekarang suara katak yang bernyanyi memanggil turunnya hujan Atau mereka sengaja sembunyi diam-diam tertawa dan mengejek di balik tempurung jalang * Memandang cakrawala dalam balutan kabut embun Mengingatkan rentetan malam tanpa pasangan Rindu-rindu terpaut jurang perpisahan Raga mulai runtuh dalam hitungan usia Menyamai jiwa malang yang selalu diam * Berapa sering aku berkata pada alam Berkali-kali meneriakan asa siang malam Hingga senja nampak ungu menyambut malam Mengisyaratkan hati meredam dendam * Kepalang sudah berada ditengah jalan Jika dihentikan mungkin penyesalan datang mengguncang Meniatkan lagi dan terus bertahan walau terhuyung angin topan Lari dari hasu

Dari Naluri Seorang Lelaki ☆

Gambar
Dari hatinya jelas terpencar ketulusan Dari sorot matanya tersibak kepedihan Dari senyum terlihat ketampanan rupa Dari gerak nampak malu dalam perkataan * Sangat beratkah beban hatimu wahai lelaki? Akankah sejenak kehidupan ini memadamkan baramu Mungkinkah dirimu tersesat dalam fana impianmu Jangan tunda, berjalan mundur dan melambaikan tangan untuk menyerah Jangan pejamkan mata dan buat pipimu basah Dukamu adalah duka dunia * Kita masih berada di bawah langit yang sama Dilema dan problema akan membuat jiwamu tajam dalam bersikap Ketika kau jatuh dan merindu Kau tahu kepada siapa mengadu!

Malam Di Sudut Desa ☆

Gambar
Ada masih banyak pohon besar bertebaran Di sana singgah, lalu-lalang burung-burung alam Sebagian tak pernah pulang ke sarang Sayang, tertembak senapan anak-anak lajang * Di hutan sungai masih mengalir kencang saat hujan bahkan membanjiri area lahan Kuning dedaunan dan desir angin menyibak keindahan Melambaikan hasrat untuk tetap bersyukur Menggubris alam dalam tatanan kekal * Tapi kelamnya malam memuncak dalam penantian Di bawah langit menutup mata kekosongan Saat asyik bintang berpendar seolah saling berbincang Tersirat iri kedekatan mereka * Dalam sunyi yang terus berdentang Kemauan hati mencari impian hilang ditelan kesedihan Teruntuk sudahi saja petualangan * Takdir mana yang ditunggu Akankah semua awal akan berakhir kelelahan, menguap tanpa ada ...... Walau kecil disini masih ada, ketegaran yang dipegang dan melihat dalam hati masih ada iman untuk jadi motivasi

Terbaring ☆

Gambar
Dimana aku berbaring? Saat ini di bawah pohon sawit yang nyiurnya menjulur lunglai Di awan yang mendadak duka Panas bercampur gerimis kecil * Pada musim yang tak tentu, udara aneh dengan alam Mengapa berganti padahal semua musim terasa sama di hati Gundah Melepas risih dengan siulan sedih Senandung anak petani yang mencari keleluasa-an Bercermin di mata pisau melihat ketajaman naluri Tak ada pelipur menghapus luka Hanya kata-kata bosan mengomel diri * Jika bertanya pada mereka Cuma dedaunan yang mengangguk tanpa arti Lalu apa yang indah? Sekarang, melihat sangkar burung berisi dua butir telur Seminggu lagi mungkin akan menetas Sang induk akan sibuk mencari makan buat anak tersayang Kelak sang anak dewasa akan mengeluarkan suara kicau merdu di kebun ini Itu cukup indah

Berteduh Di bawah Langit ☆

Gambar
Aku pernah berpikir untuk bunuh diri dikala terpenjara dalam ruang caci dan keterasingan Bersembunyi karena takut terlihat padahal diri ingin berbuat Kebebasan seperti intan yang sulit didapat * Di persimpangan aku memandang hidup dari nilai kemanusiaan Apa yang indah di dunia ini dari kesetaraan dan kasih sayang Perjalanan diri adalah mencari jati diri Kenapa pula dunia harus melukai setiap insan Padahal semua akan kembali ke tanggungjawab masing-masing * Di luar sana Terik matahari menyengat tanpa pilih Membuat orang-orang berlindung mencari naungan Memilih langkah untuk menghindar Ada sebab insan kembali mencari tuhannya Menyusuri jejak hidup dan menemukan celah kehampaan Hidup hanya berlalu Manusia diberi kesempatan sesaat untuk hidup di bawah langitNya Lalu maut membawanya kembali ke asal penciptaan

Tawaf Wada, Bukan Lagi Airmata ☆

Gambar
Senin malam tepat pukul dua belas dipandu seorang ustadz, kami terakhir kalinya menuju Masjidil Haram untuk melaksanakan tawaf wada' Sebagai perpisahan sekaligus penghormatan terhadap Ka'bah dan kota Mekkah sebagaimana yang dilakukan rasulullah * Suasana ramai nan haru, khidmat memandang Ka'bah dengan dalam Tanpa pakaian ihram hanya membawa niat dan hati suci Di bawah taburan bintang yang berkelip seakan langitpun ikut memuja sang pencipta alam Binar mata dan bintang jadi satu melihat keagungan tuhan * Tujuh putaran menjadi langkah-langkah kaki yang berat Bukan karena desakan atau dorongan para jama'ah tapi ini terakhir kali hamba di sisi Ka'bah Teraduk rasa sedih dan bahagia karena diberi kesempatan beribadah di tanah suci melaksanakan panggilan Allah untuk ibadah umrah * Setelah tawaf hamba sempatkan shalat di pinggir Ka'bah dan berdoa Setiap ungkapan doa seperti jiwa-jiwa yang keluar dari lidah Mencekik hati Bukan cengeng atau pura-pura sedih

Itikaf ☆

Gambar
Kupilih jalan sunyi menuju Masjidil Haram Tapi itu hanya ada dalam hatiku karena setapak demi setapak jalanan tetap riuh dengan orang-orang yang bersemangat untuk beribadah dan tawaf Angin yang cukup kencang dan udara malam berhias lampu jalanan menjadi pengiring itikaf rinduku padaMu * Pukul tiga pagi memasuki masjid dan bersegera menuju lantai dasar, shalat dan duduk bersilah di dekat Ka'bah nampak berderet ribuan orang yang bersenandung lantunkan pujian untukMu Kesyaduan tiupan angin di musim dingin bulan Februari dan desah tasbih yang terdengar samar dari para jama'ah membuat tubuh larut dalam getar simpuh Hanyut dalam dekapan kasihMu di bawah temaram sinar bulan sabit * Ragaku yang berlapis lumpur dosa dan hatiku yang tandus dari kemurnian iman Biarkan aku sejenak di sini bersimpuh di malam-malam terakhirku di tanah suci Dan biarkan angin ini membiusku dalam kedinginan rongrongan jiwa * Aku ingin di sini sampai adzan subuh me manggil orang-orang untuk mengetuk

Jabal Tsur Dan Pertolongan Allah

Gambar
Bukit yang berada di kota Mekkah yang selalu ramai dikunjungi para jama'ah haji dan umrah Terdapat kisah yang layak jadi renungan bagi umat muslim Di sanalah dulu terjadi keajaiban saat rasulullah dan sahabat Abu Bakar dikejar tentara Qurasy saat hendak hijrah ke Madinah * Nabi yang hendak sembunyi akhirnya mendaki gunung Tsur dan menemukan sebuah gua kecil Beliau yang sudah terpojok hanya selalu berdoa kepada Allah Allah-pun mendengar doa nabi dan mengirim laba-laba untuk membuat jaring di mulut gua serta burung dara untuk bersarang disana Saat tentara musuh berada di depan gua mereka berkata, " Mana mungkin Muhammad berada di dalam sedang sarang laba-laba dan sangkar burung tidaklah rusak" Suatu pemikiran tentara Quraisy yang logis namun dikalahkan kekuasaan Allah * Bukti nyata bahwa Allah akan menolong hambaNya yang sedang dalam kesulitan Asalkan terus berdoa dan menyerahkan segala urusan hanya kepadaNya Karena Dia-lah yang maha mengetahui lagi maha penyaya

Napak Tilas Gua Hira ☆

Gambar
Ba'da maghrib setelah shalat di masjid terdekat di lereng bukit kami bersiap untuk mendaki Begitu beratnya hamba mendaki menuju puncak bukit ini, jalan petang tanpa penerangan Kakiku lelah dan diriku takut ketinggian Tak terbayang bagaimana waktu itu engkau mendaki bukit yang pasti lebih terjal daripada saat ini karena kini anak tangga sudah terpahat sampai ke atas Berapa kali engkau harus naik turun untuk beruz'la dan ikhtila di Gua Hira * Aku bertakzim pada Jabal Nur yang agung Pada gunung yang jadi saksi turunnya Jibril membawa wahyu suci kepada nabi yang amanah, penuh kasih dan teladan Seorang rasul yang jadi pelita di gelapnya kehidupan masyarakat jahiliyah Mampu berjuang dengan ketulusan, keberanian, dedikasi dan bijaksana Dan kini aku menyusuri jejak kakimu di bukit ini * Di peradaban yang modern ini hamba melihat dari puncak bukit lampu-lampu telah menghias kota Mekkah Al-mukarramah, padang tandus telah terbangun jalan raya dan bangunan-bangunan kokoh berdir

Hajar Aswad ☆

Gambar
Begitu niat orang-orang ingin meraihmu Mereka rela terinjak bahkan jatuh untuk menyentuh dan menciummu Dan aku sampai hari terakhir di tanah suci hanya bisa mencium Ka'bah dan Hijr Ismail * Ribuan orang bertawaf mengelilingimu dengan mengalunkan ayat-ayat doa menyentuh jiwa terdalam Kami tak menyembah batu tapi memberi tazim pada Baitullah Sebuah rangkaian ibadah, tuntunan sunnah dan penyerahan diri pada dzat yang agung Kami datang dengan membawa kerinduan terdalam dari hajat seorang manusia dengan hati tulus hanya untuk dekat dengan tuhannya * Disini kami seperti buih-buih yang menyatukan segala warna perbedaan Menghilangkan segala urusan duniawi Memfokuskan hati dan pikiran Mengenakan kain putih sebagai lambang kemurnian hati yang menyatukan umat nabi akhir zaman dalam persaudaraan dan tali islam Tonggak keimanan untuk selalu menyebut asmaMu dan kasihMu * Ibadah tawaf yang tak pernah surut oleh gelombang manusia, siang malam selalu beruntun Bergerak menuju cahaya

Sumur Zamzam ☆

Gambar
Saat matahari sepenggala naik kami telusuri pinggiran masjidil Haram Terlihat gedung-gedung yang berdiri di sisi masjid menjadi sarang burung dara Mereka yang selalu berterbangan di pelataran sana, ribuan sayap-sayap yang menyambut tamu Allah Mereka selalu jadi pemandangan yang menarik, para jama'ah pun sering memberi makan Menaburkan jagung dan biji-bijian dari penjual yang menggelar dagangannya di trotoar * Usai lima belas menit berjalan tibalah kami di sumur Zamzam Ku isi penuh galon-galon yang sedari tadi kutenteng melalui kran-kran yang berjejer Orang-orang sibuk membasuh badan bahkan ada yang mencuci kain ihram Aku cukup membasuh wajah dan tangan Aku membaca basmallah dan ayat kursi lalu kuteteskan air Zamzam di telinga kananku Alhamdulillah, sakit di rongga telingaku kini sembuh

Jabal Rahmah ☆

Gambar
Cukup aku mendaki dan menyentuh tonggakmu Aku tak bermunajat Dan akupun tak berdoa Tak ada sunnah untuk beribadah khusus di jabal Rahmah Dan tak ingin mengotori tempat ini dengan mitos-mitos nafsu manusia * Tempat ini adalah tempat bersejarah Tempat nabi Adam dan Hawa bersatu karena cinta Tempat nabi Ibrahim bermimpi untuk menyembelih Ismail Tempat nabi Muhammad menerima wahyu terakhir

Ihram, Pengalaman Spiritual ☆

Gambar
Bersuci, mandi  dan memakai wewangian Dua lembar kain dipakai secara idtiba Siang itu kami menuju masjid Bir Ali Shalat sunat ihram dan mengambil miqat Di dalam bus kami bersama membaca niat umrah * Sepanjang perjalanan bacaan talbiyah mengalun menggetarkan hati, menyatukan jiwa dan raga dalam asma keagungan Allah "Labbaika Allahumma labbaik, labbaika laa syarika laka labbaik, inal hamda wanni'mata laka wal mulk, laa syarika laka" * Ketakjuban, kedamaian dan ketenangan kembali terasa saat diri memasuki Masjidil Haram Bangunan agung yang selama ini hanya tersirat dalam mimpiku Kini aku menginjakan kaki disini Aku datang padaMu ya Allah Aku memenuhi panggilanMu * Disana telah banyak orang-orang yang beritikaf dengan khusyu Mereka shalat dan mengaji Mereka menghamba dan bertasbih * Ka'bah masih sangat ramai dengan riuh gelombang manusia Tepat jam dua malam kami memulai tawaf Berdesakan, terinjak, terdorong, terhimpit menjadi lumrah bagi setiap jama&#

Sesampai Di Masjid Quba ☆

Gambar
Dari serombongan sembilan bus kami menghampiri tepian kota Madinah Mengenal tempat-tempat sejarah peradaban islam awal Satu masjid agung yang kami kunjungi adalah Quba, masjid pertama yang dibangun rasulullah atas dasar ketaqwaaan * Kami bersuci Dua raka'at untuk tahiyatul masjid Dua raka'at untuk dhuha Dua raka'at untuk shalat hajat Kami bersegera, karena pelipat gandaan pahala yang Engkau janjikan

Ziarah Jabal Uhud

Gambar
Satu bukit yang dijanjikan Allah kelak akan ada di surga Tempat 70 para syuhada bertaruh nyawa dengan keimanannya Saksi bisu perang dahsyat 700 kaum muslimin melawan 3000 serdadu musyirikin Bukit agung kisah abadi perjuangan rasulullah * Pernah dalam sekerat waktu Nabi datang ke puncak bersama tiga sahabat Gunung bergetar, sebagai salam takzim kepada rasulullah atas kegembiraan Nabi berkata," Tenanglah Uhud, di atasmu sekarang rasulullah sang shiddiq dan dua kelak akan syahid" * Kini aku mendaki di pundakmu Seperti orang-orang di sana yang bergemuruh ingin menuju puncak itu Merekapun ingin merasakan menapakkan kaki di bukit surga

Raudoh ☆

Gambar
Tengah malam kami masih antri dan berdesakan Dua jam berdiri menunggu giliran, itu bukan kesal tapi kecintaan Tak saling kenal, tak saling juga lempar senyuman, karena penat sesak mengukir raut kilas masam di wajah * Kami berjibaku karena engkau ya rosul Engkau berkata, "Antara rumahku dan mimbarku adalah taman dari taman surga". Siapa yang tak ingin berada di taman surga! Kami shalat, kami bershalawat, kami berdoa Kami fakir yang meminta kepada rabbNya atas segala urusan manusia Kami hamba papah yang meminta syafaat kepada rosulNya * Kami sujud bukan karena kebanggaan Kami tunduk karena kerendahan diri Kami datang ke tempat yang paling dekat dengan surgaMu Kami memohon ampun Kami memohon pertolonganMu, ya Allah

Masjid Nabawi

Gambar
Keindahannya membuat mata bersujud Tiang-tiang kokoh menyanggah langit-langit kubah Lampu-lampu gantung yang unik Ukiran gerbang emas yang cantik Menara yang menjulang dengan kerucut dan mahkota Pelataran yang tak henti jeda lalu lalang kaki manusia Orang-orang datang berbondong saat adzhan berkumandang Sekali lagi mata ini takjub, lautan manusia memenuhi hamparan di bawah payung-payung raksasa dari penjuru benua * Subhanallah, jiwaku merasa kerdil diantara hamba-hambaMu yang tulus Niat dan dahinya tertunduk padaMu Tanpa sekat, berbaur bahasa dan warna kulit menyatu dalam satu keimanan Datang dan beribadah * Kami seperti burung-burung lapar yang terus mematuk Berebut tempat mencari celah diantara lainnya, bertasbih dan berdoa Mengisi perut kami dengan dzikir Mengaliri kerongkongan dengan ayat Allah Tafakur melepas dahaga duniawi

Tangis Shalawat Tiba Di Kotamu ☆

Gambar
Deru melintas ribuan kilometer cakrawala Sepuluh jam dalam kecemasan menuju langit Jeddah Harapan yang sudah bertumpuk-tumpuk dan munajat tentang cinta Bayangan malam menghantarkan kaki menginjak tanah ini * Getaran jiwa yang tak pernah kurasa mulai menjarah Kedamaian, kenyamanan, syahdu dalam menempuh enam jam jalur darat Walau udara malam gigil menyelimut dan lampu-lampu yang menghias bukit bersinar pedar Diri masih teguh melawan lelah dan ngantuk * Madinah Al Munawarah Kami datang padamu ya rosul Kami merindukanmu ya habiballah Gema kami bershalawat memasuki kotamu * Kusenderkan kepala di jendela bus yang bertemaram sinar redup lampu jalanan kota Hati ini berguncang Rasa bahagia bercampur haru Atau rasa haru bercampur tawadu Kuingat, bibirku bergetar dan airmata mengalir bersama orang-orang senandung shalawat memujimu * Shalawat yang terdengar lebih indah dari syair-syair yang pernah kubuat Begitu meresap, hatiku dalam keagungan menyebut kebesaran namamu Bagai

Pada Ilalang Belakang Rumah

Gambar
Ilalang, esok aku akan ke tanah suci Melakukan ibadah umroh dan ba'dal ayahku * Ilalang, selama ini aku tak memperdulikanmu Kau hanya rumput pengganggu yang tumbuh di halaman rumahku Pengisi ruang kosong yang tak berarti * Ada secuil cemas di bathinku Aku tak ingin di tanah suci nanti, aku hamba yang tidak diperdulikan oleh Allah Jadi hamba yang tersesat dan hilang arah di lautan manusia Bagai ilalang ditiup angin, terombang-ambing kesana-kemari * Semoga Engkau menjagaku Ya Robbi Dan tak mengacuhkan hamba yang datang mengemis keridhoan Hamba datang meminta ampunan atas segala dosa dan kekhilafan * Ya Allah aku datang memenuhi panggilanMu Dengan membawa setumpuk dosa di pundakku Jangan Engkau membenci aku Aku musafir yang ingin ada di pangkuanMu

☆ Budaya Politik Klenik, Ketiadaan Gagasan

Gambar
Katanya akan membawa perubahan pada masyarakat Katanya akan mendengarkan suara rakyat Punya misi mensejahterakan masyarakat Tapi masih wara-wiri ke tempat kramat Mencari dukungan tak terkecuali spiritual dari alam gaib * Para caleg malu-malu atau terang-terangan pergi ke dukun minta aji-aji Mbah dukunpun menjanjikan pamor, wibawa dan kepercayaan masyarakat Mungkin ada pasukan pocong, dedemit dan kuntilanak yang ikut nyoblos Yang penting menang, rasionalitas ditumbangkan dengan keyakinan mistis sebab tak punya visi, ide dan kemampuan * Sebagian tebar citra baik biar nampak agamis Datang ke pesantren meminta dukungan santri dan doa para kyai Mengirim sajadah, pakaian gamis ke rumah-rumah sebagai mahar pemilih Satu coblosan dirayu dengan uang Satu pemilih didikte dengan pilihannya Lalu dimana prinsip pemilu langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil * Gelapnya panggung politik sampai ke kaum elit Mereka mengirim santet yang bernama fitnah dan hoaks Menebarkannya di

Petani Tak Bertahta

Gambar
Petani selalu tersisih! Di tempatku dan pasti juga sama di tempat lain Bertani, berkebun dipandang sebagai pekerjaan rendah Pendapatan rendah dan pendidikan rendah * Entah apa yang mereka pikir Mungkin bercocok tanam selalu bersentuhan dengan tanah, lumpur jadi dianggap kotor, bau dan dekil Padahal bertani butuh skill tersendiri Tak sekonyong-konyong bisa terjun langsung jadi petani Dengan pengalaman, melihat, semangat dan kerja keras adalah modal untuk jadi petani Orang malas dan gampang putus asa takkan berhasil jadi petani * Miris, petani di negeri ini jauh tertinggal dibandingkan negara maju Disana mereka mempunyai lahan yang luas Mereka menguasai teknologi untuk menunjang kualitas dan produktivitas Para ilmuwan selalu mengadakan penelitian untuk membuat varietas terbaik Dan selalu siap membantu petani dengan berbagai masalah lapangan yang dihadapi Pemerintahnya sangat memperhatikan kesejahteraan bahkan jika gagal panen petanipun dapat tunjangan * Pemerintah repu

Embun-embun Langit ☆

Gambar
Ketika pelangi tak dapat berlari Yang menghias selepas rintik Kehadiran dewi kahyangan mengutus kalimat sang Pencipta Daku Balutan tubuh yang penuh warna dosa Dosa jalan kegelapan * Diamku adalah kedamaian dari rongronganku Menyendiri karena tak tenteram berisiknya teguran mereka Berdalih dengan apapun saat jiwa terkoyak lara Langkah kaki tak mungkin terhenti hanya karena mentari tenggelam sore ini * Jika hitam sudah berkabut Saat sinar bulan mengganti sinar sang surya Saat terang benderang menjadi samar Pencari taubat memanggil Ilahi Ingin ada kesejukan embun yang Ia teteskan dari langit Menyapu dahaga di keringnya kerongkongan dari asma' mulia * Dan biarkan angin daratan bertiup teduh Menggiring awan hitam menjauh, lalu Langit biru yang berawan putih menjadi hari baru Dalam kedamaian dan ketenangan menjejaki hidup ini

Embun-embun Langit

Gambar
Ketika pelangi tak dapat berlari Yang menghias selepas rintik Kehadiran dewi kahyangan mengutus kalimat sang Pencipta Daku Balutan tubuh yang penuh warna dosa Dosa jalan kegelapan * Diamku adalah kedamaian dari rongronganku Menyendiri karena tak tenteram berisiknya teguran mereka Berdalih dengan apapun saat jiwa terkoyak lara Langkah kaki tak mungkin terhenti hanya karena mentari tenggelam sore ini * Jika hitam sudah berkabut Saat sinar bulan mengganti sinar sang surya Saat terang benderang menjadi samar Pencari taubat memanggil Ilahi Ingin ada kesejukan embun yang Ia teteskan dari langit Menyapu dahaga di keringnya kerongkongan dari asma' mulia * Dan biarkan angin daratan bertiup teduh Menggiring awan hitam menjauh, lalu Langit biru yang berawan putih menjadi hari baru Dalam kedamaian dan ketenangan menjejaki hidup ini

Mengembara Dalam Hujan ☆

Gambar
Walau hujan terus bergulir tiap harinya dan tak pernah mengalah untuk reda Perasaanku tetap terkekang oleh kasih Serpihan jiwa adalah syair kerinduan yang terbuang Berlalu tiga musim mataku terpaku rindu * Pernahkah kau mendengar suara jantung semaput Atau angin yang berhembus rintih Kalut aku menyebutnya Melepas ketertarikanku padanya sama saja melepas cintaku * Terkapar di relung hati, saat senja kan pergi tinggalkan nirwana Samar wajah menembus tenda pembaringanmu Gerak pikirku memanggil namamu * Ingin kulukis indah wajahmu di tirai hujan ini Sebagai pengagum atas kesungguhan cintaku Kau tak pernah mengerti Di malam setelah senja ini kuingin berpadu dengan mimpi bersamamu

Lelaki Di Ujung Malam

Gambar
Ku ucapkan dengan tenang dan perlahan Segala rasa dan genangan duka dalam wirid yang kupanjatkan Aku yang bersembunyi di balik kegelisahan Di balik remang-remang kehidupan Jeraku yang kupendam Diriku yang terhasut dusta Sering kulantunkan dendang malam dengan tangisan * Terpejam mata di ribuan masalah yang memburu Kalut hati kekal bersemayam di peradu Alurnya hari kian menjemu Sampai kapan harus lari sedang ribuan caci sudah biasa kutelan * Berlindung aku di waktu shubuh Bertekuk kaki mengiba di hangatnya sajadah Gelisah yang ku utarakan dengan doa dan kepasrahan airmata Meresapi semua yang telah Ia cipta adalah kehendakNya * Aku tak mau merusak dzikir ilahi Karam Ruang rinduku yang tak terisi dengan mihrab cinta Bermanja sepi sampai fajar pagi menerpa sendu wajah ini

Petilasan

Gambar
Menyendiri Awalnya menyepi dan meresapi arti kehidupan Mengirim doa pada yang telah wafat Di lain arti orang-orang datang melampaui batas apa yang mereka ingin Bermeditasi di tempat-tempat kramat, mencari kesaktian, jampi-jampi Sarat klenik Di gua, bahkan di kuburan kyai tersohor * Bukan mendekatkan diri pada alam Bukan mencari kedamaian dan kesadaran Bukan pula ziarah dan tabur bunga Datang mencari berkah Menangkap daya magis dari alam ghaib Membuka kundalini sebagai kekuatan, wibawa bahkan pesugihan * Petilasan jadi tempat syirik Tempat menebar aura mistis Mencari ridha dari alam gaib

Lelaki Itu Pulang Kampung ☆

Gambar
Seorang pemuda kokoh menggenggam mimpi di tangannya Melangkahkan kaki dengan tegas meninggalkan kenangan kecilnya di sini Ia menatap ke arah kota, mungkin ingin dijadikan tumpuhan hidupnya dan perjuangan * Mengunyah tantangan telah biasa ia lakukan Di pundaknya beban telah menjadi ringan Mengembara telah menetapkan hatinya disatu kota Ia sematkan harapan atas cinta dan rupiah Kupikir ia berhasil, ia terlihat bahagia dan menemukan pujaaan hati di sana * Hidup mungkin tak lepas dari garis takdirNya Ia bebas, ia berkelana dengan bangganya Seperti seekor burung yang terbang dan bertandang Kemanapun ia singgah yang ia suka Setahun sekali ia pulang menjenguk orangtua dan orang-orang tersayang yang tertinggal di kampung halaman Walau hanya sebentar, cukup baginya untuk melepas rindu dan menyapa tanah kelahirannya

Dulu, Di Rumah Sakit

Gambar
Berdiri megah untuk dipuja Visi memberi pelayanan terbaik kepada masyarakat Tiada beda si miskin dan si kaya Memberi jasa pada semua, pasien sembuh dan kembali senyum ceria * Semua hanya slogan dan indah di mata Mereka memungut rupiah tak peduli orang papah atau kaum berada Si miskin hanya mengiba dan menjerit minta keringanan Kar'na tak semua orang punya duit berlimpah * Fasilitas terbaik tapi pelayanan amit-amit Pasien datang mengantri, berjejal dan berhimpit Antusias berobat gratis karena terdaftar dalam jaminan kesehatan Tiba-tiba panik karena pihak rumah sakit tidak menerima pasien BPJS dan KIS Niat berobat hanya untuk sembuh dari sakit Yang ada tambah sakit karena sekian jam menunggu, si dokter telat masuk poliklinik * Di ruang inap rasanya pilpun semakin pahit kar'na perawat jaganya judes dan tak simpatik Akhirnya seminggu di rumah sakit kepalapun jadi ikut sakit, lihat tagihan biaya yang membukit

Simpul Syahdu ☆

Gambar
Sapaan angin malam melabuhkan lirih di hati Makin berat saat rintik hujan membara dalam teka-teki Lukisan khayal menghias dinding nadir cinta Tak berpadu, menyudahi apa yang selalu dinanti * Syahdunya malam selalu berpaut dengan sepi Selalu ingin cepat berlalu melepas angan binal mengembara Tak bisa menikmati seduhan birahi kala ini Kedinginan tak berpacu dengan kehangatan Sekilas longlongan cakrawala buat hati menggerutu * Menelantarkan hati terikat dengan duka Senyenyak apapun aku pasrah Tak bisa ku membuat hati merelakan untuk pergi

Mencari Ampunan

Gambar
Jika ada buah yang berkhasiat dapat menghapuskan dosa Pasti akan diburu manusia walau harus mendaki ke puncak gunung dan mengarungi lereng yang terjal * Jika ada orang sakti yang dengan doanya dapat menghapuskan segala dosa Pasti akan dicari walau harus mengorbankan semua harta dan segenap tenaga * Tapi ternyata Allah itu maha penyayang Dia tak ingin hambaNya berbuat nekat atau mati konyol untuk mendapat ampunan Bahkan Ia tak menyuruh hambaNya untuk datang ke Baitullah, tawadu ke Me'kah dan mencium Ka'bah * Dia hanya menyuruh hambaNya bertaubat dengan dengan sesungguhnya disertai rasa penyesalan dan tak akan mengulangi kesalahan lagi Maka leburlah semua dosa Sungguh Ia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang