Fenomena Tarawih
Seharusnya tak jadi fenomena karena lumrah tapi tetap saja menggelitik dan bukan berarti sesuatu yang antik
Tarawih saat ini beda dibanding saat usiaku kecil dulu
Jumlah raka'at tetap 20 dengan 10 kali salam dan ditutup dengan witir 3 raka'at
Yang beda itu jumlah jama'ahnya
*
Dulu surau seluas 15x15 meter berisi penuh
Shaf bapak-bapak berjejer rapi di depan
Shaf ibu-ibu di sebelah yang ditutup tirai
Anak-anak mengisi baris belakang yang terkadang suka berisik
*
Lihat saat ini setelah 25 tahun warga RT ini bertambah banyak
Remaja terdahulu telah menikah dan punya anak, ditambah lagi warga pendatang
Dulu hanya 25 kepala rumah tangga sekarang hampir 70 kepala rumah tangga
Tuh kan..... seharusnya surau sesak gak muat atau bahasa jawanya empil-empilan
*
Saat muadzin mengumandangkan adzan untuk shalat isya
Jama'ah yang datang hanya 3 sampai 4 baris
Selalu ku bertanya
Mengapa orang sekarang tak tertarik lagi shalat tarawih
Kepalaku coba berpikir sampai pusing
*
Jawaban yang mengada-ngada
Mungkin orangtua sekarang tidak menanamkan nilai ramadhan dengan baik
Mungkin orangtua hanya menyuruh anak berpuasa
Mungkin juga imamnya gak ganteng kayak di tv
Mungkin remaja sekarang suka kongkow di pinggir jalan daripada tarawih
Mungkin orang sekarang lebih suka berjama'ah di media sosial daripada di surau
Dan masih ada puluhan mungki lagi
*
Yang nulis puisi inipun sekarang malas pergi tarawih
Mungkin jengkel dengan nyinyir para ninik-mamak tua-tua-tengganai
Kalau berpapasan dengan satu tanya
Kapan nikah?
Komentar
Posting Komentar