Postingan

Bercermin Pada Dinding

Gambar
Aku diberi usia tapi tak diberi cinta Mengapa? Aku diberi derita, diberi hina tapi tak kunjung usai Mengapa? Aku diberi perjalanan, di beri pikiran, diberi angan tapi tanpa tujuan Mengapa? Di waktu ini langitku runtuh jiwaku remuk Aku bertahan tapi berada di titik nadir dan ini sekian kali Mengadu pada sajadah tak pernah menuai jawab Bicara pada angin hanya sia ujungnya Lalu kemana lagi aku berkata Tetesan air mata telah menjadi batu luka Kerinduan diri yang berbalut semu Melampiaskan kesal pada mereka tapi jiwa tak pernah sembuh dari nista Aku pasrah Aku insan yang bercermin pada dinding putih Agar aku bisa sembunyi dari tatapan mata mereka Hingga orang-orang hanya melihat ragaku tapi tak pernah tahu deritaku

Cinta Tak Harus Memiliki (2)

Gambar
Apa yang dibilang cinta? Hati ini bukan batu untuk menuruti maumu Aku terlahir dari rahim ibuku jangan merasa memahami  Bagaimana kau tahu dirimu bukan aku? Apa salahku! Cinta itu bebas, aku bisa mencintai siapapun apapun Dan bebas pula engkau untuk menentukan untuk siapa cintamu Ternyata rasa memiliki itu yang membuat orang harus merasakan patah hati  Seperti halnya aku Kembali kupikir untuk apa aku mendapatkanmu apabila engkau tak bisa bahagia hidup bersamaku Cinta itu harus indah apa adanya seperti halnya langit mencurahkan hujan untuk bumi Ketulusan dan kebaikan yang kuharapkan Karena kekuatan cinta akan ada saat dua hati berikrar untuk selalu berpegang Sudahlah, cinta ini memang tak terbalas Tapi itu anugerah aku bisa mengenal dirimu

Melepas Ingatan

Gambar
Jangan tanya lukaku Kau pasti sudah tahu Malam yang lalupun begitu Hanya angin ini yang membius senjaku * Mengapa waktu cepat berlalu Sedang diriku tetap mengenangmu Seribu kisah yang telah berlalu Hanya ingin melupakan wajahmu

Memandang Agama Dari Agama Dan Budaya

Gambar
Semakin gencar hinaan pada seseorang di media sosial Hampir tiap saat selalu ada postingan merendahkan penganut agama lain Caci mencaci sudah lumrah bahkan lumrahnya berbondong-bondong ikut menghakimi seolah surga telah ada di garis tangannya Fanatisme dan merasa paling benar telah mempersempit ruang akal dan sosial yang sudah pasti memecah belah dan ketersinggungan anak bangsa * Padahal bangsa ini sudah berbudaya tinggi mengajarkan persatuan dan kepribadian Warisan leluhur banyak mengupas tindak-tanduk tata krama Berbuat benar tanpa menghinakan Berbeda tanpa menjatuhkan karena kerukunan yang paling utama Apa masih membumi tenggang rasa? Apa masih tertanam sifat adi luhung, tepa selira? Mungkinkah telah hilang cinta kasih dan saling menghormati? * Identitas diri tentang suku dan agama serta trah tahta dan darah bukanlah untuk menyombangkan diri Betapa kini orang mudah emosi jika menyentil persoal agama Sangat mudah menggaungkan hukum penistaan agama Pun para pemuka agama ta

Manusia Gagal

Gambar
Seharusnya aku memeluk keinginan itu dengan kuat tanpa tahu apa kata orang Seharusnya pula aku tak putus dalam harap untuk mencapai segala impian Adapula kasih yang harus kukejar Dan melukiskan segala intuisi yang kerap muncul di akal * Terpupus di tengah jalan mencari secerca cahaya cita dan kebahagiaan Jiwa yang lantang tapi gersang  Binar yang adapun hanya khayalan Semua berakhir tanpa tujuan * Aku di sini tak meratap lagi Aku tak ingin sedih dan lari Itu semua telah kulalui dengan nyali yang nyaris mati Tapi hati tetaplah hati Sekian keras menutup sepi selalu ada celah tersedu menanti yang tak pasti * Kini berdiri tanpa rasa Gagal dalam merajut kisah Waktu apa yang kutunggu, alur hidup penuh tipu Rentetan umur yang berlalu menyinggahi lubuk-lubuk arus lukaku

Siapa Yang Lebih Hina?

Gambar
Hina! Tahukah kalian siapa manusia yang paling hina itu * Hati-hati! Saat kita di sini merasa alim membicarakan kejelekan dan keburukan seseorang Sedangkan seseorang pendosa itu di waktu bersamaan justru sedang asyik memuji dan mendekatkan diri kepada Allah Dia sedang shalat, dia berdoa dan dia memohon ampunan * Maka pada saat itu kitalah yang paling hina di mata Allah

Ketika Badai Cinta Melebihi Badai Samudera

Gambar
Kau mungkin tak percaya, aku tak dusta ini terjadi Aku yang dulu acuh dengan apa yang namanya perasaan Tidak mau tahu apapun yang namanya hati Tak pernah berangan untuk memadu kasih * Mimpi dan khayal cinta hanyalah dongeng dalam keyakinanku, atau mungkin itu untuk kisah orang bukan diriku Aku beda dan tak mungkin berkelut dalam cinta * Hari-hariku yang tandus kupikir itulah hidup yang mesti kujalani Terbiasa dengan itu dan tak mungkin untuk melepas Aku tak mengelak Kujalani hidup dengan senalarnya  Tak peduli dengan tujuan hidup, manusia sepertiku hanya mampu untuk bertahan * Hidup yang dulu sepertinya damai, tenang walau penuh tekanan Berusaha selaras dengan lingkungan sekitar Apa yang bisa diharap? Sebesar apa yang bisa kurenungkan jika kusadar diri ini berkutat pada ladang dan pohon  Kampung dan petani * Aku sering mendengar orang bicara cinta Penyair yang membuat kisah romansa Atau pelantun yang membuat nada indah Itu semua mengarah pada hati yang berkata asmara Ah....