Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2018

Orang Tua Dan Skeptis Masa Depan

Gambar
Terbaring lemah di ranjang. Kata hanya patah sepatah. Tak daya makanpun hanya dua suap sendok bubur nasi. Bertahun sakit terkadang sembuh sesaat kumat lagi dan kini sudah sebulan lunglai sampai buang hajat di tempat tidur. * Dulu masih gesit kerja sampai lupa menjaga kondisi badan agar bugar. Seharinya bekerja, ibadah dan bekerja mewujudkan mimpi agar hidup sekeluarga berkecukupan tanpa harus kurang makan untuk istri dan tujuh anak titipan tuhan. * Kini aku yang tinggal bersama ibu untuk merawat bapak karena enam saudara lainnya sudah sibuk mengurus rumah tangga sendiri. Sesekali menjenguk tapi apa yang mau diharap, toh.... mereka sudah punya tanggungjawab yang mungkin lebih penting sekedar merawat orang tua. * Sendiri, sudah biasa dengan aroma tak sedap membersihkan dan mengganti popok. Jijik, tapi harus! Siapa lagi?. Bisa jadi ini pengabdian terakhirku untuk bapak. Semua ada hikmah tak harus bertanya, mengapa? * Ketika senja hanya tinggal senja dan malam berlarut dalam lamun....

Adagium Rafflesia

Gambar
Hidup terasing dari puji sanjungan Terlontar busuknya cacian orang-orang munafik Teguhkan jiwa untuk pasrah pada daya sang kuasa Berbeda, itu selalu mengisi sisi manusia selama dunia terus berputar * Hina ada pada mata manusia Mulia hanya subjektif yang ditata sedemikian indah Hidup terikat pada persepsi Bisa jadi kenyataan hanya ilusi Manusia menyuarakan beragam friksi, menutup naluri untuk benar sendiri Ekuilibrium kehidupan ada pada sisi negatif * Jiwa tak selalu ikhlas untuk terus dinilai sebelah mata Hitam atau putih seperti fusi untuk saling mempengaruhi Tak juga memantaskan diri ini suci Manusia ini dan manusia itu hidup dalam asumsi yang diyakini

Dan Memori Itupun Pergi

Gambar
Ketika kenangan yang indah hanya sesaat Berlalu hanya bekas dilema yang tersirat Kebersamaan adalah senyum untuk menyapa sekelumit batas kewajaran * Kita seperti bulir-bulir spora yang diterbangkan oleh angin Tak kan pernah menyangka bertemu dalam waktu dan tempat yang tak terduga Pada alam hanya berserah dan mengeja Semua tiba-tiba tanpa harus berbuat apa Apa mesti kita pikirkan bagaimana ini terjadi? Padahal kitapun tak menghendaki * Saat semua kebersamaan itu hanya tinggal memori dan keterpurukan Itu seperti duri yang harus dibuang Semua berakhir binasa dalam waktu dan dekap rindu * Melangkah pergi usah meninggalkan jejak terdahulu Ada pedih dan cemas Adakah yang indah menanti di ujung sana? Adakah cahaya yang memberi jalan hati yang pupus dan telah terkoyak * Berjejal duka terus menyambangi, mengarus emosi turut membawa keraguan Letih untuk mengenang kesedihan Terus terpuruk kan membuat sakit jiwa Setumpuk cerita yang harus diakhiri kisahnya Begitu banyak mi...