Menyambung Kenangan

Duduk menyepi diantara kepala-kepala dan dahi-dahi yang nampak diantara permadani rumput
Di banyak pohon rindang yang kokoh berdiri disini
Di bawah pohon tak bernama aku mencari yang selalu merenggut nyali
*
Mengapa sepi di keramaian
Mengapa pula gusar padahal tak ada yang mengancam
Lembut angin yang datang tak memberi sejuk di badan
Walau bernaung di rimbun daun hijau tapi tak ada rasa damai
*
Detik-detik mengingat lalu dan menyambung dengan kini
Ada garis merah yang samar
Garis yang menghubungkan kesamaan, rasa, waktu, jeda, problema dan ketiadaan
Teruntuk membisu di gelapnya hari walau kini sangat terang
*
Getir itu ada
Kesal itu muak
Marah itu binasa
Dan aku terbiasa dengan itu semua
*
Menunggu...... menunggu.......
Cuma kata itu yang pas untuk saat ini
Saat aku masih bersabar dalam duka, luka lama yang belum sirna

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nafsu Birahi

Talenta

Dosa Terindah