Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2017

Andai Kulahir Bukan Dari Rahim Muslim

Gambar
Tidaklah seorang bayipun lahir ke dunia dapat memilih dimana dan siapa dia lahir Dunia hanyalah proses kelahiran dan kematian Tiap insan memiliki peran dan manfaat penting Fungsi takdir dan nasib sesuai qadar ilahi * Mengapa keyakinan jadi problema hingga jadi pertikaian paham agama Bukankah agama pemberi peringatan pada umat manusia Tak ada paksaan mengikuti apalagi mencampuri ajaran tertentu Jalankah saja akidah dan ibadah dengan toleransi Segala sisi kebaikan adalah perintah Allah * Mangapa pula seseorang begitu gampang mengkafirkan orang lain Bercermin saja dirimu sudah layakkah masuk surga * Bila saja diriku bukan terlahir dari rahim seorang muslim Mungkin saja agamaku nasrani, hindu ataupun budha Menyakitkan, bukan! Bila itu jadi hinaan, cemohan atau bahkan penistaan dan penindasan * Jangan sesekali mencampuri urusan tuhan Surga dan neraka Allah yang tentukan Pandanglah manusia sebagai sesama manusia Tak ada orang yang ingin sengsara Segala kembali tanggung...

Konflik Batin

Gambar
Pertikaian antara adab dan cinta Pergulatan antara rindu dan nestapa Benturan antara azab dan bahagia Kesemuan antara iya dan tidak Diantaranya aku panik * Berbuat sekehendak atau berpanut Menggeser akal sedikit tak waras Meracuni diri sengat rayuan Bertubi makan makian orang Kendala batin menciut rumit Semampunya berdiri goyah terpaut * Nasib berlainan mengganjal kegelisahan Budak tuhan melawan aturan alam Keprihatinan dan keperihan bukan dikehendaki Jawaban dari suara hati yang tersumput Tumpulkan semangat padamkan hasrat Bertahan pada dzikir dan pikir Meski tak semua tampak wajar Yakinkan hati semua awal kehendak tuhan

Mencium Hujan

Gambar
Turunnya hujan sekejap melanda Tapi dinginnya bertahan sampai sumsum hati Terbius dalam syahdunya gerimis Menggugurkan gejolak lunturkan cinta Ketika akal tak mampu berlogika Wajah membeku tertiup angin pilu * Tetesan bulir menyergap kegentingan Andai dapat kupeluk dan kusayang Kucium serta kugenggam tangan Tapi hanya hembusan halus menerpa Meresap dalam dasar yang dalam * Termangu mencium aroma hujan Khas berbau debu menerobos ruang kalbu Rindu yang tersebut dalam alunan doa Harapan dan setia menunggu dirimu disisiku Suatu masa nanti saat hujan turun lagi

Biduk Bimbang

Gambar
Jiwa terjerembab Tak yakin sebab dan harus bagaimana Tertumpuk dari sekian banyak muncul Tak bertemu pintu keluar yang pas Bercokol bebani diri ringkih * Solusi tak memberi pembenaran Tertatap tutup lalu bosan Menjurus bias saat mentari menyusur sela dedaunan Menepis wajah dan sejuta tanya Berdiri terpaku melotot tak tahu Apa hendak harus dilampaui * Sebiduk dalam kehampaan Rasa yang begitu mengikat Takut tenggelam sampai ke dasar Terputus di garis batas samar Asing terkurung kala hati bertanya * Mungkin hidup tak harus bertanya Jalani ini dan nanti Berjuta tanya kusimpan diam Menderita dalam misteri tuhan Cibiran orang tak menilisik mana yang benar

Di Pinggir Anak Sungai

Gambar
Muara kecil liuk beriak Kiri kanan terhalang rimbun jejeran pohon karet Sesaat meluap musim penghujan datang Nampak payau saat panas kemarau Sejuk untuk bersantai melepas penat * Musim hujan ini banyak orang duduk memancing Mengobrol, mulut celoteh simpang siur Asap rokok yang mengepul menghalau nyamuk pengganggu Sore waktu yang ramai setelah seharian bergumul kerja * Di tepian sesekali kepiting terlihat mengendap Jadi ingat kecilku dulu Ayah ibu yang masih bekerja di kebun sering melintasi anak sungai Menangkap kepiting yang terjebak Membawa pulang beberapa ekor kepiting sudah membuatku senang Cukup digoreng dan dinikmati Kini hal itu hanya sebagai kerinduan masa lalu

Firasat

Gambar
Kepekaan bathin untuk memulai fakta Segala daya rasa gulana Pikiran tak menembus batas waktu Jari kehidupan bebas bergerak * Menuangkan cinta pada lajur kata Anak Adam kembang gelimang duka Mungkin pantas unjuk nyali Manusia hanyalah makhluk sederhana Kala nafsu meraja khilaf akan dosa * Telusuri jalannya mentari menaya Beratus pola hadir menyeruak takdir Tak lagi bukan cuma nasib Diksi menajam bekunya hati Keterbukaan mengipas kujujuran Usir kalut menekan rohani * Biar putus urat nadi Biar pecah jantung berdenyut Mata tertutup hitamnya hidup Nafas tersengal sakaratul maut Sampai semua takdir ditutup Jalari hidup selaksa angin bertiup

Bosan

Gambar
Terbiasa membanting diri dalam kekosongan Keraguan jadi keyakinan * Masa bodoh dengan waktu Karena itu bukan kuasaku Tak peduli dengan detik kini * Sangkar emas takkan berarti Bila hati hendak dibatasi Tak sanggup dengan semua nyinyir Harta dan warisan bukan tujuanku * Membuka mata terbangkan hasrat diri Memahat dan mengetuk hati nurani Orang yang selalu sembunyi dan orang orang yang memaki Bukan untuk anarki * Melantang tegak suara berdiri Mengaung pasti pada tulusnya diri Semua wajib tahu Hati dan semua hal patut dipahami

Hingga Habis Airmataku

Gambar
Seperti menjatuhkan diri pada lubang tak berdasar Seperti meletakkan asa pada laju awan pagi Seperti menusuki hati dengan jarum api Lara menjadi rindu Seperti itu menunggumu * Jika mungkin salju turun di laman rumahku dan pelangi muncul di terik matahari Ingin semua waktu berputar kembali Ingin saja umur tak terus menua Hingga habis airmataku Rindumu tak tertuju padaku

Bunga Tiga Warna

Gambar
Engkau bunga tak kukenali namamu Engkau ada saatku belum terlahir Setia menghias laman rumahku Menjejaki zaman tetap perdu * Daun menjuntai kasar dan lebar Puncak tak lebih tinggi badanku Masih memikat dan menarik Saksi dari perkembangan kampungku * Mahkotamu tak lama indah berseri Sehari lalu layu Warna tajuk pemikat hati Saat pagi kau muncul berwarna putih Siang datang berganti merah muda Senja menyambut berjumbul merah darah * Wahai bunga tak kukenali Aku tak perlu tahu siapa namamu Tapi bagiku Kau masih setia berseri di kampungku Walau kini kampungku tak lagi asri Kau tetap bersemi di hari yang penuh ceria