Aku Mengadu Kepadamu Ibu Pertiwi

Aku sedih ibu
Era globalisasi membuat bangsa ini hiruk-pikuk
Wajar!....., tapi sering membuat prihatin
Seluruh pelosok negeri semrawut
Kesenjangan ekonomi, gaduh politik, konflik agama, orientasi budaya dan peminggiran sosial
Dan saat semua itu terjadi, para elite sibuk saling menyalahkan, saling sindir lagi perdebatan yang memancing emosi
*
Negeri ini gemar membangun tapi gagal dalam memberi makmur
Inflasi yang terus melanda membuat harga kebutuhan barang naik melambung
Kaum borjuis tak merasa tapi rakyat kecil makin tersiksa
Utang negara dan tukar rupiah rendah semakin membuat bangsa dilema
*
Elite politik banyak munafik
Berteriak atas nama rakyat tapi perbuatan justru mengerogoti nasib rakyat
Korupsi diberantas tapi makin menjalar bukan hanya di pusat tapi sampai ke gubernur dan camat
*
Corak-carik politik yang harusnya membawa perbaikan wong cilik malah jadi ajang tebar duit sampai tebar fitnah
Agama dibawa ke panggung politik
Ras minoritas dikucilkan
Beda iman disingkirkan
*
Politik oligarki semakin terasa
Partai yang cenderung dikuasai kelompok-kelompok elite yang relatif pada hirarki kekuasaan
Umbar janji hanya untuk mendulang suara
Rasa peduli dan nurani hanya kiasan, ujungnya membagi jatah kekuasaan
*
Atas nama agama
Teroris dan paham radikalisme membuyarkan ketenangan masyarakat
Teror bom yang terus terjadi menewaskan manusia yang tak berdosa
*
Tak sekedar terorisme
Politisasi agama dan ras mencuat ke publik
Koalisi kepentingan yang ingin menyandera sistem demokrasi
Kelompok tertentu yang secara sembunyi namun pasti memaksa paham Teokrasi ke ranah nasional
Doktrin-doktrin ketuhanan agar negara menjadi kesatuan dengan agama
Menyuarakan keberpihakan dalam memilih pemimpin dan pemerintahan harus dijalankan dengan dalil firman Allah termasuk tata kehidupan bermasyarakat dan bernegara
*
Belum lagi gejala sosial merebak di era masyarakat modern
Tindak kriminal, kenakalan remaja, narkoba, miras dan meningginya kasus pemerkosaan
Dalam hubungan berbangsa dan bernegara, ternyata toleransi di negara ini masih labil
Pancasila hanya sebagai simbol tanpa menyerap ke dalam tindak prilaku
Agama, sektarian, etnik dan diskriminasi mencuat ke panggung politik
Para provokator mempolitisasi suku dan ras yang mengancam keberagaman
Lupa akan masyarakat yang heterogen
*
Krisis budaya yang kini ikut terseret
Warisan budaya yang menjadi keagungan bangsa di masa lalu berupa benda, seni maupun sikap harusnya menjadi jati diri bangsa
Dilestarikan untuk memupuk rasa persaudaraan dan cinta pada budaya sendiri bukan kebarat-baratan ataupun kearab-araban
*
Budaya yang harusnya dijunjung tinggi oleh anak negeri tanpa harus menggeser keimanan yang hakiki
Sikap yang sejak dahulu menjejerkan tenggang rasa, gotong-royong, senasib-sepenanggungan, santun, ramah-tamah dan murah senyum
*
Kini gamelan nampak membosankan
Pertunjukkan wayang tergeser oleh dangdutan
Sari konde tak lagi indah di mayang gadis kota
Lagu kidung tak seindah lagu pop
*
Berbagai tradisi dan kearifan lokal dari makanan, kostum, sampai seni daerah haruslah tumbuh selaras
Saling mengisi dan berdaya guna
Itulah yang memperkaya dan mempercantik Indonesia di mata dunia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Talenta

Nafsu Birahi

Kaktus Berduri